LAPORAN BEST PRACTICE
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR ANAK TK PERTIWI 13 JATISRONO
KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SEMESTER 1”
Disusun oleh
DEVIANA FRANSISCUS, S.Pd.
PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI
PEMBELAJARAN BERBASIS ZONASI JENJENG TAMAN KANAK-KANAK
KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN
( PKP ) BERBASIS ZONASI
KARYA TULIS DALAM BENTUK BEST PRACTICE DENGAN JUDUL:
Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning
Untuk Meningkatkan Kreativitas Menggambar
Anak TK Pertiwi 13 Jatisrono
Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
Tahun Pelajaran 2019/2020
Semester
1
PENYUSUN
DEVIANA FRANSISCUS
MENYETUJUI SUTARTI, S.Pd NIP: 196101041987022001 JATISRONO, 7 DESEMBER 2019 PESERTA DEVIANA FRANSISCUS
BIODATA PENULIS
NAMA : DEVIANA FRANSISCUS, S. Pd
TTL : WONOGIRI, 16 JANUARI 1989
NIP : -
PANGKAT/GOL : -
JABATAN : GURU KELAS TK
ALAMAT : JOHO 15/04, KEC. JATISRONO, KAB. WONOGIRI
UNIT KERJA : TK PERTIWI 13 JATISRONO
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena limpahan rahmat, hidayah serta
ridho-Nya penulis dapat menyusun Laporan program pengembangan kompetensi
berkelanjutan (PKB ) melalui kegiatan pengembangan kompetensi pembelajaran
(PKP) berbsis zonasi.
Laporan ini adalah
sebagai hasil dari kegiatan PKP yang telah diselenggarakan KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN sejak tanggal 1
Oktober 2019 hingga pelaporan.
Dengan selesainya
penulisan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bimbingan, dukungan, saran dan bantuan kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan
2. Kepala Bidang Puad Dikmas
3. Panitia Pelaksana
4. Pengawas
5. Guru Inti
6. Kepala Sekolah Tk Pertiwi 13 Jatisrono
7. Teman-Teman Peserta PKP
8. Suami dan anaku tercinta
9. Semua
pihak yang telah memberi bantuan dalam penyusunan karya tulis best practice
ini.
Penulis menyadari dalam
penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
sangat penulis butuhkan agar menyempurnakan laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jatisrono, 7 Desember
2019 Penulis
DAFTAR LAMPIRAN
1.
LAMP. 1 : RPPH
2.
LAMP 2 : DOKUMENTASI
KEGIATAN ANAK
3.
LAMP 3 : FORMAT
PENILAIAN
4.
LAMP 4:
JURNAL PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Peran guru profesional dalam pembelajaran sangat penting
sebagai kunci keberhasilan belajar peserta didik. Guna meningkatkan kompetensi
guru, maka pemerintah melaksanakan program pengembangan kompetensi
berkelanjutan (PKB ) melalui kegiatan pengembangan kompetensi pembelajaran
(PKP) berbsis zonasi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi anak didik melalui pembinaan guru.
Guru dituntut untuk mengembangkan pembelajaran
berorientasi pada ketrampilan berfikir tingkat tinggi atau Higher order
thinking skil (HOTS). Memuat 4 kompetensi ketrampilan yaitu creativity,
critical thinking, collaboration dan comunication. Ketrampilan ini sangat
penting untuk pendidikan pada abad ke-21. Peserta diklat memiliki kewajiban
untuk merancang pembelajaran yang mampu mengasah kemampuan
anak berpikir
level tinggi meliputi
menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5),
dan mencipta (C6).
Dalam
praktik pembelajaran Kurikulum 2013 penulis menyampaikan kegiatan masih secara
konvensional menggunakan metode ceramah.
Apresepsi yang dibeikan guru kurang menarik bagi anak. Kegiatan yang diberikan
hanya menggunakan media gambar gambar dimajalah. Anak mendapat informasi secara
pasif. Keterbatasan fasilitas juga menyebabkan anak kurang antusias untuk mengikuti
kegiatan.
Hasil wawancara dengan
Kepala TK Pertiwi 13 Jatisrono menunjukan kemampuan menggambar anak sangat
rendah. Kegiatan yang diberikan membatasi karya anak dengan memberi contoh
model gambar didepan kelas dan anak harus meniru gambar tersebut. Perolehan
hasil belajar anak yang mendapat berkembang sangat baik (BSB) 2 anak dan
berkembang sesuai harapan (BSH) 3 anak atau keberhasilan hanya mencapai 33,3 %
dari 15 anak.
Sebagai salah satu peningkatan
kualitas pendidikan menuju tercapainya
tujuan pendidikan tersebut perlu disampaikan upaya perbaikan sistem
pembelajaran yang merangsang anak agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
dan mampu mengasah anak agar dapat berfikir tingkat tinggi (HOTS). Model
pembelajaran Contextual Teaching & Learning adalah salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk membentuk perilaku saintifik serta mengembangkan
rasa ingin tahu anak. Menurut agus (2009) model pembelajaran Contextual
Teaching & Learning merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
Dilihat dari tujuan,
pembelajaran contexstual teaching & learning ingin memusatkan diri pada
pengembangan seluruh kompetensi anak, anak dibantu agar kopetensinya muncul dan
dikembangkan semaksimal mungkin. Anak akan dibawa memasuki kawasan pengetahuan
mauapun penerapan pengetahuan yang dihadapkan melalui pembelajaran, dengan
demikian kompetensi anak (ability, skill) akan berkembang melalui proses belajar
mengajar.
Berdasarkan masalah
tersebut mendorong penulis untuk melaksanakan kegiatan dengan srategi”
Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching & Learning Untuk
Meningkatkan Kreativitas Menggambar Anak TK Pertiwi 13 Jatisrono Kecamatan
Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2019/2020 semester 1”
B.
JENIS
KEGIATAN
Kegiatan
yang dilaporkan dalam laporan praktek terbaik pada pelatihan PKP ini adalah penerapan
model pembelajaran contextual teaching and learning untuk meningkatan kreativitas
menggambar anak TK Pertiwi 13 Jatisrono. Menitik beratkan pada Kompetensi dasar
Seni 3.15-Mengenal berbagai karya dan
aktifitas seni - 4.15 Menunjukkan karya dan
aktifitas seni.
C.
MANFAAT
KEGIATAN
Penerapan strategi
pembelajaran ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Bagi anak :
·
Menghargai penampilan karya
seni anak lain (misal dengan Bertepuk tangan
dan memuji).
·
Mampu
membuat karya seni sesuai kreativitasnya misal seni musik, visual, gerak dan
tari yang dihasilkannya.
·
Mengembangkan
motorik halus anak.
·
Peningkatan
kreativitas menggambar melalui pembelajaran contextual teaching & learning.
·
Memperkenalkan
model pembelajaran contextual teaching
& learning untuk meningkatkn kreativitas
anak.
·
Model
pembelajaran contextual teaching & learning memberi motivasi anak untuk belajar
dalam suasana belajar yang nyata.
2. Bagi Guru :
·
Meningkatkan
kreativitas guru dalam menemukan model pembelajaran yang membentuk perilaku saitifik guna
memperbaiki sistem pembelajaran yang telah usang.
·
Guru mengetahui strategi dalam penerapan model pembelajaran
contextual sehingga dapat menciptakan variasi dalam pembelajaran.
·
Sebagai usaha mengatasi kesulitan menggambar anak.
·
Memperoleh gambaran penerapan model pembelajaran contextual
guna meningkatkan kreativitas menggambar anak.
3. Bagi Sekolah
·
Memperbaiki
proses pembelajaran, guna memperbaiki mutu sekolah.
·
Mendapat
masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran dengan diterapkanya model
pembelajaran Contextual Theaching & Learning
·
Model
pembelajaran Contextual Theaching & Learning dapat menjadi saran
peningkatan profesionalisme guru.
BAB II
PELAKSANAAN
KEGIATAN
A. Tujuan
Anak taman kanak-kanak adalah sosok individu yang
berbeda beda dalam proses perkembangan. Anak pada masa ini memiliki
karakteristik yang bervariasi, sangat jelas mereka adalah sosok yang unik, dan
memiliki karakteristik yang khusus, baik dari segi kognitif, sosial, emosional,
bahasa, fisik motorik dan sedang mengalami proses perkembangan yang sangat
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Dimana anak sangat berpotensi
mempelajari banyak hal dengan cepat agar kemampuannya dapat berkembeng dengan
baik. Tujuan utama menerapkan srategi
ini adalah:
1.
Menghargai penampilan
karya seni anak lain (misal dengan bertepuk tangan dan memuji)
2.
Anak dapat membuat karya
seni sesuai kreativitasnya misal seni musik, visual, gerak dan tari yang
dihasilkannya.
3.
Penerapan medel
pembelajaran contextual teaching & learning untuk meningkatkan kreatifitas menggambar
anak di TK Pertiwi 13 Jatisrono.
4.
Mengembangkan imajinasi
anak.
5.
Mengembangkan kemampuan
menggambar.
6.
Mengembangkan perasaan
estetika/keindahan.
B. Sasaran
Sasaran kegiatan yang dilkukan
adalah anak-anak kelompok B, yang berjumlah 15 orang anak terdiri dari 4 anak perempuan dan 11 anak laki-laki di Tk Pertiwi 13 Jatisrono Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.
C. Bahan/Materi Kegiatan
1. Pembelajaran Menggambar
Menggambar kaitanya
erat dengan seni dan keindahan yang merupakan salah satu kebutuhan manusia. Menggambar
adalah salah satu cara anak untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan pikiran,
ide, gagasan dan imajinasi yang benilai
ertistik menggunakan garis dan warna. Materi menggambar dapat berupa
pengetahuan teori atau praktik langsung. Anak Taman Kanak-Kanak usia 4-7 Tahun
berada pada tahap masa pra-skematik/Pra bagan. Pada tahap ini anak sudah
menguasai gerak- gerak tanganya dan telah menyadari adanya bentuk yang menjadi
perhatianya.
Menggambar dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pada kegiatan ini guru memilih cara menggambar model. Anak dihadapkan
obyek yang digambar secara langsung berupa makhluk hudup, ditampilkanya model
di depan anak agar anak menggambar tidak menyimpang dari bentuk aslinya. Namun
kemiripan bentuk bukanlah menjadi tujuan utama dari kegiatan ini. Media yang
digunakan adalah model yang digambar, kertas gambar, krayon/pensil warna dan pensil. Kegiatan menggambar merupakan pengembangan materi pada KD dari, (3.15) Mengenal dan menghasilkan berbagai karya
dan aktivitas seni
(4.15) Menunjukkan karya dan
aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media.
2. Hakikat Model Pembelajaran
Contextual Teaching & Learning
a.
Model Pembelajaran
Contextual Teaching & Learning
Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide-ide, ketrampilan, cara
berfikir dan mengekpresikan. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching
& Learning dapat
dijadikan alternatif guru untuk meningkatkan kreatifitas anak dalam menggambar, hal ini sesuai dengan pendapat
Wina sanjaya (2007) pembelajaran contextual teaching &
learning adalah srtategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa dapat
menerapkanya kedalam kehidupan mereka. Agus uprijono (2009) mengemukakan Contextual
teaching & learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, suatu pembelajaran yang
mengembangkan level kognitif tingkat tinggi. Pembelajaran ini melatih peserta
didik untuk berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
situasi isu, dan memecahkan masalah
Mengacu definisi diatas dapat disimpulkan
pembelajaran contextual teaching & learning merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan bahan ajar dengan situasi nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang didapat dengan
penerapanya dalam kehidupan sehari-hari
Dalam pembelajaran contextual teaching
& learning memungkinkan terjadinya bentuk belajar yang penting, yaitu:
a. Relating : Bentuk belajar dalam konteks
kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Guru menghubungkan situasi sehari-hari
dengan informasi baru untuk di pahami atau dengan problema untuk dipecahkan.
b. Experiencing: Belajar dalam konteks eksplorasi,
penemuan, dan penciptaan. Ini berarti pengetahuan yang diperoleh siswa melalui
pembelajaran yang mengedepankan proses berfikir kritis lewat siklus inquiry
c. Applying: Belajar dalam bentuk penerapan
hasil belajar dalam penggunaan dan bentuk praktis, dalam prakteknya, siswa
menerapkan konsep dan informasi kedalam kebutuhan kehidupan mendatang yang
dibayangkan.
d. Cooperating: Belajar dalam bentuk berbagai
informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. bentuk
belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga
konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam
kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi
dengan warga lain.
f. Transferring: Begiatan belajar dalam bentuk
memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
b.
Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
Menurut Agus Suprijono (2009) Ada 8
Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching & learning Diantaranya Adalah:
a.
Melakukan Hubungan yang
Bermakna.
Siswa
dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dapat
mengembangkan minatnya secar individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau
bekerja dalam kelompok.
b.
Melakukan
Kegiatan-Kegiatan yang Berarti
Siswa
membuat hubungan antara sekolah-sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam
kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
c.
Belajar yang Diatur
Sendiri
Siswa
melakukan pekerjaan yang signifikan ada tujuannya, ada urusannya dengan orang
lain, ada hubungannya dengan penentu pilihan dan ada produk yang sifatnya
nyata.
d.
Bekerjasama
Siswa
dapat bekerja sama, guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan
berkomunikasi.
e.
Berpikir Kritis dan
Kreatif.
Siswa
dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif.
f.
Mengasuh atau Memelihara Pribadi Siswa
Siswa memelihara pribadinya; memberi
pengetahuan, memberi perhatian,
memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
g.
Mencapai Standar yang
Tinggi
Siswa mengenal dan mencapai standar yang
tinggi, mengidentifikasi tujuan dan memotivasi
siswa untuk mencapainya.
h.
Menggunakan Penilaian
yang Autentik.
Siswa mengguankan pengetahuan akademis
dalam konteks dunia nyata untuk satu
tujuan yang bermakna.
Jadi dapat disimpulkan karakteristik
pembelajaran contextual teaching
& learning adalah anak belajar ditempatkan dalam situasi nyata aggar mereka dapat berfikir kritis dan kreatif dalam membangun pengetahuan sehingga anak
mengerti makna apa yang mereka
pelajari.
c.
Menyusun Rencana
Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam draf contextual teaching
and learning (CTL) dari Depdiknas (2002:32), program pembelajaran merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama anak sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya. Pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu,
saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis contextual
dalam meningkatkan kreativitas menggambar anak adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan
kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok
dan Pencapaian Hasil Belajar.
b. Menyatakan
tujuan umum pembelajarannya.
c. Merincilah
media untuk mendukung kegiatan itu.
d. Memuatkan
skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
e. Menyatakan
authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
d.
Prinsip
Dasar Setiap Komponen Utama CTL
Setiap komponen utama CTL mempunyai
prinsip- prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam
pembelajaran. Agus Suprijono (2009) melibatkan 7 komponen utama pembelajaran
yaitu:
a.
Konstruktivisme: komponen ini merupakan landasan filosofis (berfikir)
pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang
bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap
dipraktekkannya. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan
tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu, siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b.
Bertanya (questioning) komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL.
Belajar dalam pembelajaran CTL di pandang sebagai upaya guru yang bisa
mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu mengarahkan siswa untuk memperoleh
informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. pada
sisi lain kenyataan menunjukkan bahwa memperoleh pengetahuan seseorang selalu
bermula dari bertanya.
c.
Menemukan (inquiry) komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan
ini diawali dari pengamatan dari fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. dengan
demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya.
d.
Masyarakat belajar (learning community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil
belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti
bahwa hasil bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan
antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun diluar kelas.
Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya
hetrogen, dan jumlahnya bervariasi, sangat mendukung komponen learning komunity
ini.
e.
Pemodelan (modeling) komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru
siswa. model yang dimaksud biasa berupa pemberian contoh misalnya: cara mengoperasikan
sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penampilan.
f.
Refleksi komponen yang merupakan hasil terpenting dari pembelajaran dengan
pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari,
menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang terjadi
dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa
akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan
atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telahdimiliki sebelumnya. Kesadaran
semacam ini penting ditanamkan pada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap
pengetahuan-pengetahuan baru.
g.
Penilaian autentik komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan
kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. gambaran
perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa
memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. dengan demikian, penilian
autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data
yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung,
bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
e.
Ciri-
Ciri Pembelajaran Contextual teaching & Learning dalam menggambar
Menurut Sugianto (2009) mengemukakan
ciri ciri pembelajaran contextual teaching & learning adalah:
1.
Memberikan pengalaman
nyata
2.
Adanya kerjasama/saling
menunjang
3.
Gembira, belajar dengan
gairah
4.
Pembelajaran terintegrasi
5.
Menggunakan berbagai
sumber
6.
Siswa aktif dan kritis
7.
Menyenagkan tidak
membosankan
8.
Shring dengan teman
9.
Guru kreatif
f.
Langkah-Langkah
Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual teaching & learning pada kegiatan
menggambar.
Pembelajaran Contextual teaching
& learning dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas bagaimanapun keadaannya. Pendekatan kontekstual dalam kelas cukup
mudah diterapkan. Menurut Agus Suprijono (2009) Secara garis besar, langkahnya
sebagai berikut ini:
a.
Mengembangkan pemikiran anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
b.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d.
Menciptakan masyarakat belajar
e.
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f.
Melakukan refleksi di akhir pertemuan
g.
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
D. Metode/ cara melaksanakan kegiatan
Guru harus
mengembangkan kreativitas anak agar kemampuan yang dimiliki anak dapat berkembang, Kegiatan
pembelajaran harus dirancang sebaik mungkin agar anak tidak bosan mengikuti kegiatan. Metode yang
tepat digunakan untuk dapat merangsang kreativitas anak yaitu:
1.
Metode tanya jawab yaitu dilakukan
pada apresepsi tema pada kegiatan awal dengan menunjukan media konkrit pada
anak,
2.
Pemecahan masalah (problem solving) yaitu guru membantu anak memecahkan masalah yang
dihadapi secara bersama sama dengan diskusi.
3.
Praktek
langsung yaitu guru menghadirkan dunia
nyata kedalam kelas pada kegiatan. Anak menggambar bunga mawar dengan mengamati
secara langsung bunga yang telah disediakan guru. Anak diberikebebasan mengeplorasi ide
dan imajinasinya dalam menggambar melalui pengembangan materi pada KD.
3.15-Mengenal berbagai karya dan aktifitas seni - 4.15 Menunjukkan karya dan
aktifitas seni.
4.
Bernyanyi, Anak
mengajak anak bernyayi sesuai tema/kegiatan yang diajarkan
5.
Bercerita, Anak
dirangsang agar menceritakan hasil karyanya dalam menggambar.
E. Alat instrumen
1.
Alat instrumen penilaian adalah cheklic
|
PENILAIAN
HARIAN |
SKALA CAPAIAN
PERKEMBANGAN HARIAN PAUD
Kelompok : Usia 5-6 Tahun
Hari / Tanggal : 3 Desember 2019
Kegiatan pembelajaran |
Nama anak |
||||||||||||||
fian |
driyan |
arsad |
atnan |
nisa |
marvel |
zahra |
agus |
arka |
tian |
cleo |
karin |
mita |
julio |
kila |
|
Bercakap-cakap tentang
bunga mawar ciptaan Tuhan (N. 1.1) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSH |
BSB |
MB |
MB |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
MB |
BSH |
Menyiram bunga mawar (F 4.3) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSB |
MB |
MB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSH |
MB |
BSH |
Menghitung bunga mawar
dan menulis angkanya dipapan tulis (k 4.6) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
MB |
BSH |
Bermain peran menjadi
penjual dan pembeli bunga mawar (B 4.11) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSB |
BSB |
MB |
MB |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
MB |
BSH |
Mengelompokan pakaian seragam sekolah (Sos 2.12) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSH |
BSB |
MB |
BSH |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
Menggambar bunga mawar( Sn 4.15) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
Menyanyi lagu daerah”
gundul gundul pacul” (Sn 3.15) |
BSB |
BSB |
BSB |
BSB |
BSH |
BSH |
BSB |
BSH |
MB |
BSH |
BSB |
BSH |
BSH |
BSH |
BSH |
Mengetahui
Jatisrono, 3 Desember 2019
Pimpinan
TK
Guru Kelas
‘Sutarti,
S. Pd
Deviana
Fransiscus, S. Pd
2. Alat
instrumen penilaian adalah anekdot
No |
Nama |
Tgl
/ Waktu |
Tempat |
Perisitwa |
Kd
& Indikator |
Capaian
Perkem anak |
1 |
Bastian |
08.30 |
Didalam
kelas |
Anak
menangis karena pensil warnanya rusak |
3.15-4.15 |
BSH |
2 |
Julio |
08.32 |
Diluar
teras sekolah |
Anak
keluar kelas meminta ibunya masuk mendampingi dikelas |
3.15-4.15 |
BSH |
3 |
kila |
08.35 |
Dihalaman
sekolah |
Anak
menangis karena diejek teman karena mengerjakan tugas tidak rapi |
3.15-4.15 |
BSH |
4 |
Agus |
08.40 |
Didalam
kelas |
Anak
tidak mengerjakan tugas karena asik menghitung pewarna yang baru |
3.15-4.15 |
BSH |
Mengetahui
Jatisrono, 7 Desember 2019
Pimpinan
TK
Guru Kelas
SUTARTI,
S. Pd DEVIANA
FRANSISCUS, S. Pd
3. Alat
instrumen penilaian adalah hasil
karya
CATATAN HASIL KARYA
Usia/ kelompok : 5-6 Tahun/B
Nama Guru :
Deviana Fransiscus, S. Pd
NO |
Hari/ Tanggal |
Nama Anak |
HASIL KARYA
ANAK |
HASIL
PENGAMATAN |
1 |
3/12/2019 |
Fian |
|
1. Anak
menggambar bunga mawar dengan lengkap 2. Anak
mewarnai dengan rapi 3. Anak
memberi warna sesuai warna bunga 4. Anak
menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang krayon |
2 |
3/12/2019 |
zahra |
|
1. Anak
menggambar bunga dengan lengkap 2. Anak
mewarnai gambar bunga warna
biru,merah, oren |
3 |
3/12/2019 |
andrian |
|
1.
Anak
menggabar secara lengkap 2.
Anak
berkreasi sendiri sesuai imajinasinya 3.
Anak melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan orang lain |
4 |
3/12/2019 |
Marvel |
|
1. Anak menggambar secara lengkap 2. Anak memberi warna sesuai dengan bunga yang
diamati, pink dan daun hijau 3. Anak berkreasi sendiri sesuai imajinasinya |
Mengetahui
Jatisrono, 7 Desember 2019
Pimpinan
TK Guru Kelas
SUTARTI, S. Pd
DEVIANAN, S. Pd
F.
Waktu dan tempat
kegiatan
-
Waktu kegiatan on 1 dari tgl 18-23 November 2019
-
Waktu kegiatan on 2 dari tgl 25-30 November 2019
-
Waktu kegiatan on 3 dari tgl 2-7 Desember 2019
-
Tempat kegiatan di TK Pertiwi 13 Jatisrono
BAB III
HASIL
KEGIATAN
A.
HASIL YANG DIPEROLEH
Pendekatan saitifik yang dilakukan dengan penerapkan
model pembelajaran CTL pada kegiatan menggambar memberi dampak positif bagi
perkembangan anak. Dengan dihadapkanya dalam situasi nyata membuat ank lebih
termotivasi dan kreatif mengunakan ide-idenya pada kegiatan menggambar. Pelaksanaan RPP 2
penilaian perkembangan anak dapat
dilihat hasil perolehan tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. 4.15.
Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media.
NO |
NAMA ANAK |
Menggambar
Bunga Mawar |
|||
BB |
MB |
BSH |
BSB |
||
1 |
Fian |
|
|
|
ü |
2 |
Andriyan |
|
|
|
ü |
3 |
Arsad |
|
|
|
ü |
4 |
Atnan |
|
|
|
ü |
5 |
Nisa |
|
|
ü
|
|
6 |
Marvel |
|
|
ü
|
|
7 |
Zahra |
|
|
|
ü |
8 |
Agus |
|
|
ü
|
|
9 |
Arkha |
|
|
ü
|
|
10 |
Tian |
|
|
ü
|
|
11 |
Cleo |
|
|
|
ü |
12 |
Karin |
|
|
|
ü |
14 |
Mita |
|
|
ü |
|
14 |
Julio |
|
|
ü |
|
15 |
Kila |
|
|
ü |
|
Berdasarkan
tabel 1 hasil perkembangan anak belum berkembang 0 anak, mulai berkembang 0 anak, berkembang sesuai harapan 8 orang anak
dan berkembang sangat baik 7 anak. Dari hasil tersebut menunjukan penerapan
model pembelajaran CTL dapat meningkatkan kreatifitas menggambar anak TK
pertiwi 13 Jatisrono Tahun Pelajaran 2019/2020 Semester 1.
B.
Masalah yang dihadapi
Keberhasilan
proses pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut
berasal dari pihak guru maupun anak. Faktor
dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengajar dan mendidik. Adapun faktor
dari pihak anak yakni mencakup keterlibatan selama proses pembelajaran. Permasalahan
yang timbul dalam kegiatan adalah:
1. Media,
Agar anak dapat berfikir
tingkat tinggi dengan baik sangat diperlukan sekali media yang memadai dalam
pembelajaran. Akan tetapi ditempat kami media yang digunakan masih kurang.
2. Pendidikan Guru, Guru kurang menguasai teknik-teknik dalam
menggambar, karena guru berlatar belakang dari guru kelas bukan guru khusus.
3.
Minat dan
bakat , Pada kegiatan kreatif, anak yang memliki bakat akan terus berkreasi
sesuai dengan imajinasinya, beda dengan anak yang tidak memiliki minat dan
bakat, cenderung menunggu perintah dan tidak berani berekspresi karena tidak
merasa percaya diri.
Sebagian
anak masih memerlukan bimbingan untuk mengoptimalkan kreativitas anak dalam memberikan
ide gambar,memberi warna, memodifikasi gambar, membuat karya dari ide anak
sendiri, menghasilkan karya yang berbeda, serta mengembangkan ide dari
karyanya.
C.
Cara mengatasi masalah
Kreativitas memiliki aspek
adanya daya pikir dan daya cipta, serta dapat melakukan komunikasi. Anak harus didorong untuk
mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Jika terdapat kendala dalam kegiatan sebaiknya guru merefleksi diri dan mencari
solusi untuk mengatasi masalah tersebut guna memperbaiki kualitas pembelajaran.
Cara guru untuk mengatasi kendala selama kegiatan yang berlangsung adalah :
1.
Memberikan motivasi dan semangat pada anak untuk berkreasi dan lebih
percaya diri ketika melakukan kegiatan, bisa juga dengan pemberian reward
berupa benda yang bisa membuat anak lebih bersemangat untuk berkreasi.
2.
Akan lebih baik kegiatan
menggambar anak diajarkan terlebih dahulu teknik teknik menggambar terlebih
dahulu secara tepat. Agar anak tidak
kesulitan dalam menuangkan ide dan gagasanya dalm bentuk gambar.
3.
Guna
memperbaiki kualitas pembelajaran selanjutnya perlu diperhatikan lagi
penyediaan media yang lebih bervariasi agar anak dapat berfikir lebih HOTS
lagi. Media yang bervariasi juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak
agar termotivasi mengikuti kegiatan sehingga hasil belajar anak dapat meningkat
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
1.
SIMPULAN
Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pendekatan saintifik dengan
model pembelajaran CTL layak dijadikan strategi pembelajaran berorientasi
HOTS karena dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menggambar.
2. Dengan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran
tematik dengan model pembelajaran CTL
yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan
PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
2.SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan kesimpulan di atas,
maka hal-hal yang perlu menjadi saran yakni sebagai berikut.
1.
Bagi
guru, Diharapkan menjadikan model pembelajaran CTL sebagai suatu
alternatif dalam meningkatkan
kreatifitas menggambar anak dan mampu melatih
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOTS)
pada peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik akan lebih maksimal dan
dapat meningkat.
2.
Bagi Anak didik, diharapkan lebih aktiv dan termotivasi dalam kegiatan menggambar
dengan penerapan model pembelajaran CTL sehigga menumbuhkan kreativitas peserta didik untuk
berpikir kritis serta berpikir tingkat tinggi (HOTS) secara mandiri, serta
melatih peserta didik agar mampu menemukan dan menggabungkan pengetahuan serta keterampilan
secara nyata,
sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2007) Pedoman
Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan
di Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Depdiknas.
Sugiyanto. (2009). Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS.
Suprijono, A
(2009). Cooperative Learning
(teori dan aplikasi PAIKEM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar